ANALISIS WACANA KRITIS
Analisis wacana yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah sebagai  upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subyek (penulis) yang  mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan  diri pada posisi sang penulis  dengan mengikuti struktur makna dari  sang penulis sehingga bentuk distribusi dan produksi ideologi yang  disamarkan dalam wacana dapat di ketahui.  Jadi, wacana dilihat dari  bentuk hubungan kekuasaan terutama  dalam pembentukan  subyek dan  berbagai tindakan representasi.
Dalam studi analisis wacana (discourse analysis), pengungkapan seperti  itu dimaksudkan dalam kategori analisis wacana kritis (critical  discourse analysis-CDA).  Pemahaman dasar CDA  adalah wacana tidak  dipahami semata-mata sebagai obyek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan  untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang dalam pengertian  linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada  teks juga  pada konteks bahasa sebagai  alat yang dipakai untuk tujuan  dan praktik tertentu termasuk praktik ideologi.
Analisis Wacana Kritis (CDA)  melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan   sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam CDA dipandang menyebabkan  hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi,  istitusi, dan struktur sosial.
Konsep ini di pertegas oleh Fairclough dan Wodak yang melihat praktik  wacana  bias jadi menampilkan efek ideologis artinya wacana  dapat  memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial,  laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas dimana perbedaan  itu direpresentasikan dalam praktik sosial.
Lebih lanjut, Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana  kritis adalah bagaimana bahasa  menyebabkan kelompok sosial yang ada  bertarung dan mengajukan  ideologinya masing-masing. Berikut disajikan   karakteristik penting dari analisis kritis  menurut  mereka11 above:
1). Tindakan. Wacana dapat dipahami sebagai tindakan (actions) yaitu  mengasosiasikan  wacana sebagai bentuk interaksi. Sesorang berbicara,  menulis, menggunakan bahasa  untuk berinteraksi dan berhubungan  dengan  orang lain. Wacana dalam prinsip ini, dipandang sebagai sesuatu yang  betujuan apakah untuk mendebat, mempengaruhi, membujuk, menyangga,  bereaksi dan sebagainya.  Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu  yang di ekspresikan secara sadar, terkontrol bukan sesuatu di luar  kendali atau diekspresikan secara sadar.
2). Konteks. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana  seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana dipandang  diproduksi dan di mengerti  dan di analisis dalam konteks tertentu. Guy  Cook  menjelaskan bahwa analisis wacana memeriksa konteks dari  komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa;  kahalayaknya, situasi apa, melalui medium apa, bagaimana, perbedaan tipe  dan perkembangan  komunikasi dan hubungan masing-masing pihak. Tiga hal  sentaralnya adalah teks (semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata  yang tercetak dilembar kertas, tetapi semua jenis ekspresi komunikasi).  Konteks (memasukan semua jenis situasi  dan hal yang berada dilar teks  dan mempengaruhi pemakaian bahasa, situsai dimana teks itu diproduksi  serta fungsi yang dimaksudkan). Wacana dimaknai sebagai konteks dan teks  secara bersama. Titik perhatianya adalah analisis wacana  menggambarkan  teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi.
3). Historis, menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu  dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks.
4). Kekuasaan. Analisis wacana kritis mempertimbangkan elemen kekuasaan.  Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun tidak di pandang  sebagai sesuatu yang alamiah wajar dan netral tetapi merupakan bentuk  pertarungan kekuasaan. Konsep  kekuasaan yang dimaksudkan adalah salah  satu kunci hubungan anatara wacana dan masyarakat.
Ideologi adalah salah satu konsep sentral dalam analisis wacana kritis  karena setiap bentuk teks, percakapan dan sebaginya adalah paraktik  ideologi  atau pancaran ideologi tertentu.
Wacana bagi ideologi adalah meduim melalui mana kelompok dominan  mempersuasai dan mengkomunikasikan kepada khalayak  kekuasaan yang  mereka miliki sehingga absah dan benar.
Semua  karakteristik penting dari analsis wacana kritis tentunya   membutuhkan pola pendekatan  analisis. Hal ini diperlukan untuk memberi  penjelasan bagaimana wacana di kembangkan maupun mempengaruhi khalayak.  Michael Foucault adalah salah satu pemikir  yang mengembangkan teori  wacana. Dalam studinya, Ia memperlihatkan bahwa manusia muncul  karena  susunan kata-kata dan benda yang diubah-ubah2. Lebih lanjut dijelaskan  bahwa, sepenggal masa yang disebut modernitas ini menghasilkan  susunan  yang memberi tempat istimewa  pada diri manusia yang sadar diri. Susunan   yang dimaksudkan Foucault adalah keretakan hubungan  subyek   (kata-kata) dan obyek (benda-benda) yang karena suatu hal  diutuhkan  kembali. Suatu hal yang membuat keretakan hubungan subyek dan obyek di  utuhkan kembali adalah kekuasaan dan kekuasaan itu diproduksi oleh  wacana. Bagaimana wacana diproduksi, siapa yang memproduksi dan apa efek  produksi wacana?.
Yang bisa menjawab pertanyaan diatas adalah konsep wacana Michael  Foucaault. Dalam konsepnya Foucault tidak memandang wacana sebagai  serangkaian kata atau preposisi dalam teks tetapi memproduksi yang lain  (sebuah gagasan, konsep atau efek)3. Wacana secara sistematis dalam ide,  opini, konsep dan pandangan hidup di bentuk dalam konteks tertentu  sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak.
Salah satu konsep radikal Foucault adalah tentang hubungan pengetahuan   dan kekuasaan. Tesis keras yang disampaikanya adalah bahwa ilmu-ilmu  kemanusiaan merupakan perpaduan yang tidak terpisahkan  dari pengtahuan  dan kekuasaan. Dalam buku Dicipline and Punish (1976) “ dia  memperlihatkan bagaimana jaman klasik dan moderen. Kelahiran penjara  modern adalah penampilan kedaulatan  negara memonopoli kekerasan atas  warganya untuk melangengkan kekuasaan4.
Pengetahuan adalah mesin kekuasaan dan di sebutnya sebagai “bio power”  untuk membentuk individu-individu menjadi subyek-subyek yang  menghasilkan pengetahuan untuk memantau diri atau disebut “teknik  kehadiran” (techniques of self) dan manipulasi. Melalui wacana individu  bukan hanya memantau dirinya tetapi juga dibentuk, dikontrol dan  didisiplinkan. Misalnya pembagian kerja dalam rumah tangga.
Pertanyaan  selanjutnya yang penting untuk di jawab dalam CDA adalah   bagaimana terbentuknya bangunan wacana?  Studi analisis wacana seperti  yang dijelaskan sebelumnya bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi  juga struktur dan tata aturan wacana.  Struktur analisis wacana tentunya  tidak terlepas dari keterkaitan atau hubungan antara wacana dengan  kenyataan. Kenyataan atau realitas dipahami sebagai seperangkat  konstruksi sosial yang dibentuk melalui wacana.  Dalam CDA, khususnya  teori wacana Foucault hal ini disebut struktur diskursif.
Struktur diskursif  merupakan pandangan kita tentang suatu obyek   yang  dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan. Batasan tersebut   dicirikan oleh obyek, definisi dari prespektif yang paling dipercaya da  dianggap benar. Presepsi kita terhadap suatu obyek  dibentuk dan  dibatasi  oleh paraktik diskursif atau dibatasi oleh  pandangan yang  mendefinisikan sesuatu yang ini benar dan yang lainya salah.  Konsekuensinya adalah bahwa pandangan tertentu membatasi pandangan  khalayak dan mengarahkan pada jalan pikiran tertentu dan menghayati itu  sebagi sesuatu yang benar5.
Ciri lain yang tidak kala penting dalam pembacaan wacana Foucault   adalah  cirri utama wacana ialah  kemampuanya untuk menjadi satu  himpunan yang berfungsi membentuk dan melestarikan  hubungan-hubungan  kekuasaan  dalam suatu  masyarakat. Dalam suatu masyarakat biasanya  terdapat berbagai macam wacana  yang berbeda satu sama lain, namun   kekuasaan memilih dan mendukung  wacana tertentu  sehingga  wacana  tersebut manjadi dominan , sedangkan wacana lain “terpinggirkan”  (marginalized) atau “terpendam” (submerged) 6.
Ada dua konsekuensi dari wacana dominant : pertama, wacana dominan  memberikan arahan  bagaimana subyek harus dibaca dan dipahami. Pandangan  lebih luas menjadi terhalang  karena yang diberikan adalah pilihan   yang sudah paten  dan siap pakai. Kedua, struktur diskursif yang  tercipta atas suatu obyek  tidak berarti kebenaran. Batasan yang  tercipta tersebut hanya membatasi pandangan kita, tetapi juga   menyebabkan wacana lain menjadi tidak domianan dan terpinggirkan.
Proses terpingirkannya wacana membawa implikasi: pertama, khalayak   tidak diberi kesempatan  untuk mendapatkan  informasi yang beragam  dan  berbagai  sudut mengenai suatu peristiwa. Kedua, bisa jadi peminggiran  wacana menunjukan praktik ideologi.  Acap kali sesorang, kelompok,  gagasan, tindakan, kegiatan terpinggirkan  menjadi marjinal melalaui  penciptaan wacana-wacana tertentu7.
Teori wacana kritis yang kemukakan  Foucault, secara metodologi analisis  banyak di adopsi oleh Sara Mills. Mills menjadikan teori wacana  Foucault sebagai ground teori untuk analisis wacana kritis. P endekatan  wacana yang mengguanakan teori Foucault sebgai grounded disebut sebagai   Analsis Wacana Pendekatan Prancis ( French Discourse Analysis). Sara  Mills merupakan salah satu penganut dari teori ini. Walaupun lebih  dikenal sebagai seorang feminis, metode anlisisnya sangat cocok untuk  menggambarkan  realasi kekuasaan dan ideologi yang dibahas dalam  penelitian ini.
Konsep dasar pemikiran Mills  lebih melihat pada bagaimana aktor  ditampilkan dalam teks. Posisi –posisi ini dalam arti siapa  yang  menjadi subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan  manentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakuakan  dalam teks secara keseluruhan. Selain  itu juga diperhatikan bagaimana  pembaca dan penulis  ditampilkan dalam teks.  Bagaimana pembaca  mengidentifikasikan dirinya dalam penceritaan teks.
Ada dua konsep dasar yang di perhatikan8:Posisi Subyek – Obyek,   menempatkan representasi  sebagai bagian terpenting. Bagaimana satu  pihak, kelompok, orang, gagasan,dan peristiwa ditampilkan  dengan cara  tertentu dalam wacana dan  mempengaruhi pemaknaan khalayak.
Penekananya adalah bagaimana poisisi  dari aktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwa ditempatkan dalam teks.
Posisi pembaca dalam teks, menurut Mills sangat penting dan  diperhitungkan karena  pemabaca  bukan semata-mata pihak  yang hanya  menerima teks, tetapi juga ikut melaksanakan transaksi  sebagaimana akan  terlibat dalam teks.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar