Minggu, 05 Desember 2010

TV ONE tidak anggap penting lumpur lapindo

Tanggal 29 Mei adalah tanggal yang tidak bisa dilupakan oleh para korban lumpur di Porong, Sidoarjo dan seluruh rakyat Indonesia. Pasalnya, pada hari itu semburan lumpur Lapindo pertama kali muncul dan menghancurkan wilayah Porong.
Seluruh rakyat Indonesia pun tidak akan pernah melupakan tragedi lumpur Lapindo. Karena tragedi lumpur Lapindo juga telah menguras anggaran pemerintah di APBN. Padahal uang di APBN adalah uang seluruh rakyat Indonesia yang dibayarkan lewat pajak.
Pada tanggal 29 Mei 2010, hampir seluruh media massa, cetak maupun elektronik, meliput peringatan tragedi kemanusiaan semburan lumpur Lapindo. Anehnya kok TV One adem ayem (santai-santai) saja ya? Apakah TV One tidak menganggap penting tragedi lumpur Lapindo yang telah mengorbankan jutaan warga Porong dan juga telah menguras anggaran Pemerintah?
Sumber: http://politikana.com/baca/2010/05/31/tv-one-tidak-anggap-penting-lumpur-lapindo.html
Berikut ini adalah fakta-fakta tentang TV-One & Bakrie Grup:
  • Bakrie Grup dengan dana Rp 1,3 triliun "mendirikan" tvOne. (inilah.com)
  • PT. Energi Mega Persada sebagai pemilik saham mayoritas Lapindo BrantasGrup Bakrie. Grup Bakrie memiliki 63,53% saham, sisanya dimiliki komisaris EMP, Rennier A.R. Latief, dengan 3,11%, Julianto Benhayudi 2,18%, dan publik 31,18% [1]. Chief Executive Officer (CEO) Lapindo Brantas Inc. adalah Nirwan Bakrie (wikipedia)
  • Alih-alih memperingati tragedi Lumpur Lapindo Sidoarjo & mengangkat cerita korban-korbannya, TV-One malah menjadi humas Anindya Bakrie dengan menyebut bahwa semburan Lumpur Lapindo adalah bencana alam (Cerita Anindya di Balik Bencana Lumpur Sidoarjo)
Dengan menganalisa 3 poin di diatas kita bisa menyimpulkan mengapa TV-One tidak menganggap penting masalah Lapindo & justru menjadi juru bicara Grup Bakrie.
Jika masalah Lumpur Lapindo yang mengorbankan jutaan warga Porong tidak mendapatkan liputan yang memadai oleh TV-One, lain lagi dengan masalah 'terorisme', Untuk masalah 'teroris' sering kali TV One menjadi yang paling pertama, bahkan terkesan "over dosis" dalam pemberitaannya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Artikel disitus saveabb.com ini mengulasnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar