- A. PENDAHULUAN
 
Perusahaan atau organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja  sama untuk suatu kepentingan bisnis, profesi, sosial dan berbagai macam  keperluan  lainnya.  Mereka  bekerja  sama  melakukan  berbagai   kegiatan organisasional   yang   ada   dalam   suatu   organisasi    diantaranya   untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai, menyusun  rencana kerja, mengelola dan  menjalankan  operasi  bisnis   organisasinya,  memperlancar  pelaksanaan rencana  kerja,  termasuk   menyusun  peraturan,  mengambil  keputusan  dan berhubungan dengan  berbagai pihak serta memonitor kinerja organisasi atau bisnis  perusahaan.
Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut, mereka beraksi, berinteraksi  dan berkomunikasi. Bahkan lebih dari 70% hari kerja para eksekutif dan  staf perusahaan   atau   organisasi   dipergunakan   untuk    melakukan     kegiatan komunikasi. Sehingga komunikasi  yang  efektif  menjadi factor yang penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi baik  organisasi  bisnis maupun non bisnis. Bahkan komunikasi organisasi  disebut  sebagai darah bagi kehidupan organisasi Goldhaber,1993:5).  Sehingga    menurut Andre ardjana, 
”penyelenggaraan sistem komunikasi yang efektif merupakan keharusan bagi suatu organisasi” (2000:x).
Untuk  dapat  mengetahui  apakah  kegiatan  komunikasi  yang  sudah  dijalankan efektif atau berhasil mencapai tujuan dan sasaran organisasi  adalah dengan melakukan audit komunikasi. Dengan  melakukan  audit  komunikasi, segala hambatan komunikasi dan  gangguan yang menyebabkan  macetnya aliran informasi dan peluang yang terlewat dapat diketahui  sehingga diperoleh cara yang dapat meningkatkan dampak yang dikehendaki  sehingga organisasi atau  perusahaan  dapat  mempertahankan  hidup   bahkan  kesuksesannya  di tengah persaingan global yang makin keras.
Namun,   hingga   kini   belum   banyak   eksekutif   perusahaan    atau organisasi  yang  menyadari  pentingnya  dilakukan  audit   komunikasi  secara berkala. Mereka juga belum memahami apa dan bagaimana  cara melakukan audit komunikasi dan  bagaimana hubungannya dengan  efektivitas  kegiatan komunikasi  yang dilakukan. Untuk  itu berikut ini  beberapa penjelasan yang berkaitan dengan audit komunikasi yang perlu  diketahui  untuk kepentingan kelangsungan hidup dan kesehatan  organisasi.
- B. PEMBAHASAN
 
Salah  satu  definisi  komunikasi  organisasi  yang  ada  adalah   definisi komunikasi  menurut  Redding  dan  Sanborn.  Menurut  mereka,   komunikasi organisasi  merupakan proses pengiriman dan penerimaan  informasi dalam sutau  organisasi  yang  kompleks,  meliputi   Komunikasi  internal  yang  terjadi diantara   orang-orang   yang    berada   didalam   suatu   organisasi   meliputi komunikasi  vertikal  dari atas ke bawah (
downward)  maupun komunikasi dari bawah ke atas (
upward)  dan komunikasi horisontal diantara orang-orang yang sama tingkatan  otoritasnya dalam suatu organisasi. Selain itu, organisasi juga  melakukan   komunikasi   eksternal   dengan publik-publik   eksternal    yang berkaitan  dengannya (Goldhaber, 993:12).  Komunikasi  tersebut   terjadi setiap hari dengan menggunakan berbagai media dan memiliki  tujuan.
Menurut  Emerson,  ”
Komunikasi  yang  dapat  mencapai  tujuan   atau sasaran  yang  telah  ditentukan  oleh  komunikator  adalah   komunikasi  yang dikatakan  efektif”  (Sunarjo,  1995  :  72-73).   Membangun  dan  memelihara sistem  komunikasi  yang  efektif  tersebut   adalah  fungís  pokok  eksekutif perusahaan  atau  organisasi  (Andre   Hardjana,  2000:x).  Dan  untuk  dapat mengetahui apakah kegiatan atau  program komunikasi yang dilakukannya itu efektif atau tidak serta untuk  mengukur kinerja dan kualitas eksekutif, pejabat dan staf  komunikasi  maka eksekutif harus melakukan audit komunikasi atas proses-proses  komunikasi yang terjadi dalam organisasinya secara berkala.
Sama seperti istilah audit-audit lain yang pernah kita dengar, audit  komunikasi  yang  diperkenalkan   oleh   George  Odiorne  berkaitan    dengan pemeriksaan, evaluasi dan pengukuran secara cermat dan  sistematik. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan atau program komunikasi  yang dilakukan oleh staf maupun  eksekutif  dalam  suatu  perusahaan   atau  organisasi  dapat  diukur, diperiksa dan dievaluasi sehingga  efektifitas  dan maupun efisiensi  kegiatan komunikasi  yang  sudah   dilakukan  dapat  di  ketahui  untuk  kemudian  hari ditingkatkan.   Sedangkan  Gerald  Goldhaber,  seorang  tokoh  kunci  dalam komite ICA  (International Communication Association),  seperti yang dikutip oleh   Andre  Hardjana  (2000:9-10)  menjelaskan  audit  komunikasi  sebagai 
“pemeriksaan    diagnosis   yang   dapat   memberikan   informasi   dini   untuk  mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar”.
Namun, konsep audit komunikasi  tidak serta  merta  menjadi populer.  Hingga akhir dekade 1960-an, audit komunikasi tidak populer dalam artian  tidak banyak para ahli yang menggunakannya.
Hal ini disebabkan konsep audit komunikasi dianggap tidak praktis.  Audit komunikasi  dianggap bersifat kompleks  meliputi segala macam  aspek komunikasi seperti sumber, arti dan pesan, penerima, media,  proses, dampak dan konteks komunikasi yang menuntut aplikasi gabungan  antara berbagai metode  kajian  atas  data  kuantitatif  maupun   kualitatif.  Selain  itu  audit komunikasi  dianggap  memakan  waktu   lama,  karena  untuk  menyelesaikan banyak kegiatan yang begitu luas  dengan berbagai metode perlu dilaksanakan secara   seksama   dan    bertahap,   mulai   dari   persiapan,   pelaksanaan, pemrosesan  data,   interpretasi  dan  penulisan  serta  penyampaian  laporan. Menurut  catatan beberapa ahli, audit komunikasi setidaknya memakan waktu sekitar  enam bulan. Audit komunikasi  juga dianggap menuntut keahlian non  komunikasi  terutama  berkaitan  dengan  pengetahuan   mendalam    dibidang bisnis dan  manajemen. Kemudian  dampak audit komunikasi juga  dianggap merugikan dan merupakan kegiatan yang penuh resiko, karena  menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang menakutkan dan tidak pernah  dipersoalkan sebelumnya, misalnya pemotongan anggaran, perampingan atau  reorganisasi. Padahal  audit  komunikasi  pada  hakikatnya  adalah   kajian  evaluatif    yang memiliki implikasi kebijakan dan   pengembangan, artinya  berdasarkan hasil evaluasi secara empiris, dan  kebijakan komunikasi sebagai penjabaran dari sistem komunikasi dapat  diubah dan  disesuaikan dengan kebutuhan  kondisi internal  maupun   eksternal  organisasi.  Selain  itu  kekejaman  dampak  atau resiko yang  dikhawatirkan justru dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih  besar, seperti terjadinya musibah kebangkrutan yang tidak terelakkan  (Andre Hardjana, 2000:2-4).
Oleh karena itu, berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui  berkaitan dengan audit komunikasi sehingga tidak terjadi kekeliruan  seperti yang telah disebutkan diatas.
- 1. Definisi Audit Komunikasi
 
Ketika  mendengar  kata  audit,  yang  pertama  kali  terpikirkan   adalah audit  atau  pemeriksaan  yang  berkaitan  dengan  keuangan.   Dalam  Kamus Besar  Bahasa  Indonesia  pun,  kata  audit  berarti   pemeriksaan  pembukuan tentang keuangan (pabrik, bank, dan sebagainya)  dan pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran  laporan yang dihasilkannya (Andre Hardjana, 2000:5-6). Begitu pula  dengan definisi audit yang diberikan American  Accounting  Association,   audit  merupakan  proses  sistemik  dalam perolehan dan penilaian  secara objektif atas  bukti-bukti  berkenaan  dengan pernyataan  tentang  tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa ekonomi yang menentukan  tingkat kecocokan antara pernyataan tersebut dengan criteria- kriteria  baku, serta pengkomunikasian hasil-hasilnya kepada pihak pengguna yang  berkepentingan (Andre Hardjana, 2000:6).
Namun berdasarkan definisi baku tersebut diatas, terdapat beberapa hal penting, yakni :
- Audit adalah proses yang sistemik, artinya pemeriksaan dan pengujian  data oleh auditor dilakukan secara terencana, teratur dan metodologis.
 
- Audit adalah perolehan dan penilaian secara objektif atas bukti-  bukti,  artinya  audit  merupakan  suatu  penelitian  atau  pemeriksaan  empiris yang independen
 
- Audit adalah penentuan tingkat kecocokkan antara pernyataan dengan  kriteria-kriteria  yang  mapan, artinya audit merupakan wujud dari  penentuan atau penilaian profesional dengan kriteria yang sudah baku
 
- Audit  dilengkapi  dengan  pengkomunikasian  hasil-hasilnya kepada   semua  pihak  pengguna  yang  berkepentingan  yang  berarti bahwa    hasil   evaluasi   tersebut   terbuka   bagi   pihak-pihak   yang  seharusnya mengetahuinya (Andre Hardjana, 2000:6).
 
Berdasarkan  hal-hal   diatas  lah   audit  dikembangkan  ke   berbagai bidang, seperti audit pemasaran, manajemen, organisasi,dan  termasuk pada bidang komunikasi.            Jadi konsep audit tidak  hanya digunakan untuk  bidang keuangan.  Hal  ini  bisa  dilihat  dari   Webster’s  New  world  Dictionary,  yang mengartikan audit  salah  satunya sebagai “
pengujian dan evaluasi seksama atas sebuah    persoalan   sehingga   komunikasi   sebagai   suatu   persoalan  organisasi juga dapat diaudit” (Andre Hardjana, 2000:6-7).
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa audit  merupakan  proses pengujian atau  evaluasi suatu persoalan secara sistemik,  terencana, teratur dan metodologis, objektif bedasarkan bukti,  menggunakan kriteria baku yang    sudah    ditetapkan    sebelumnya     dan    audit    dilengkapi    dengan pengkomunikasian hasil-hasilnya  kepada semua pihak yang berkepentingan
Audit komunikasi menurut Jane Gibson dan Richard Hodgetts dalam  Organizational Communication: A  Managerial Perspective (Andre Hardjana,  2000:10) adalah ”
suatu analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal  dan  eksternal  dari  suatu  organisasi”.     Begitu  pula  definisi  yang diberikan  oleh  Joseph  A.  Kopec,   seperti  yang  dikutip  cutlip,  Center  dan Broom  (Ngurah  Putra,   1998  : 26)  yang   menyatakan  audit  komunikasi 
”sebagai sebuah  analisis lengkap tentang komunikasi organisasi baik internal maupun   eksternal  yang  dirancang  untuk  memahami  kebutuhan,  kebijakan,  praktek dan kemampuan komunikasi, dan untuk menemukan data sehingga  manajemen   puncak   dapat   membuat   keputusan   yang   ekonomis   dan  berdasarkan    informasi    lengkap    tentang    tujuan    kedepan     komunikasi organisasi”. Sedangkan  Anthony  Booth,  mendefinisikan  audit  komunikasi sebagai  ”
proses   pembuatan  analisis  atas  komunikasi-komunikasi  didalam organisasi    oleh  konsultan  internal  atau  eksternal  dengan  tujuan  untuk  meningkatkan efisiensi organisasi”. Dengan pembatasan ruang lingkup  pada komunikasi  internal saja dan efisiensi, yang  umumnya  memiliki  arti jangka pendek, menunjukkan  kalau audit komunikasi sebaiknya  dianggap  sesuatu yang mudah untuk ditangani dan perlu dilakukan  berulang-ulang secara teratur (Andre Hardjana, 2000:11-12).
Dengan mempertimbangkan hal-hal penting di atas, maka dapat kita  simpulkan sebuah definisi sederhana dan tegas tentang audit komunikasi  yaitu :
Audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang  pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk  meningkatkan efektifitas organisasi.
- 2. Tujuan dan Alasan Penyelenggaraan Audit
 
Sebagaimana disebutkan bahwa pada dasarnya alasan pokok  penyelenggaraan audit komunikasi adalah karena eksekutif ingin  mengetahui bagaimana sistem komunikasi yang sudah diterapkan bagi  organisasinya dilaksanakan untuk menghadapi situasi tertentu. Dan tujuan  pokok dari audit komunikasi adalah meningkatkan efektifitas sistem  komunikasi organisasi.
Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa  penyelenggaraan audit  komunikasi  bermanfaat bagi kelangsungan dan efektivitas  komunikasi   dalam organisasi, yakni :
- Untuk mengetahui apakah dan dimana terjadi kelebihan (overload) atau kekurangan (underload) muatan komunikasi  berkaitan dengan topik, sumber dan saluran komunikasi.
 
- Untuk  menilai  kualitas  informasi  dan  mengukur  kualitas   hubungan- hubungan  komunikasi  secara  khusus  mengukur  kepercayaan   antar pribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja.
 
- Untuk mengenali jaringan-jaringan  yang aktif operasional  komunikasi non formasl dan membandingkannya dengan komunikasi formal.
 
- Untuk   mengetahui   sumber-sumber   kemacetan   (bottleneck)   arus informasi   dan para penyaring informasi (gatekeeper) dengan memperbandingkannya dengan peran masing-masing dalam jaringan komunikasi.
 
- Untuk  mengenali  kategori  dan  contoh  pengalaman  dan  peristiwa komunikasi yang positif maupun negatif.
 
- Untuk  menggambarkan  pola-pola  komunikasi  pada  tingkat  pribadi,  kelompok maupun organisasi berkaitan dengan komponen komunikasi,  frekuensi dan kualitas interaksi.
 
- Untuk  memberikan  rekomendasi  tentang  perubahan  atau  perbaikan yang perlu dilakukan (Andre Hardjana, 2000:16-17).
 
Sedangkan  alasan-alasan   diselenggarakannya   audit   komunikasi adalah :
- Untuk mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik.
 
- Ingin membuat diagnosis tentang masalah yang terjadi atau berpotensi dan peluang yang mungkin terbuang.
 
- Ingin melakukan evaluasi atas kebijakan baru atau praktek komunikasi yang terjadi.
 
- Ingin memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan operasional lain.
 
- Ingin menyususn anggaran kegiatan komunikasi.
 
- Ingin menetapkan patok banding.
 
- Ingin mengukur kemajuan dan perkembangan dengan membandingkannya dengan patok banding tadi.
 
- Ingin mengembangkan atau melakukan restrukturisasi fungsi-fungsi komunikasi.
 
- Ingin membangun landasan dan latar belakang guna mengembangkan   kebijakan  dan  program  komunikasi  baru  (Andre Hardjana, 2000:17-18).
 
Dalam praktek, alasan dan tujuan mengapa audit komunikasi  dilaksanakan oleh organisasi dijabarkan dan dirinci secara teknis dan  praktis. Penjabaran dan rincian tersebut bersifat khas karena  disesuaikan dengan keistimewaan situasi dan kebutuhan yang muncul.
- 3. Waktu Penyelenggaraan Audit Komunikasi
 
Audit komunikasi dapat dilakukan kapan saja. Terutama ketika muncul  persoalan besar yang harus dipecahkan sehingga audit perlu dilakukan  untuk mengetahui  gambaran  yang  ada  saat   itu   untuk  dijadikan   pangkal  bagi pengembangan perencanaan program komunikasi, misalnya  ketika program- program  komunikasi yang  dijalankan  kehilangan   kredibilitas  dan  ketika organisasi terpojok sehingga harus melakukan  pemangkasan program dan anggaran (Andre Hardjana,2000 :18-20).
Situasi-situasi yang menuntut audit komunikasi semua merupakan  peristiwa penting yang menimbulkan dampak besar pada organisasi sedang  kejadiannya tidak dapat terelakkan. Situasi-situasi itu antara lain (di  Amerika):
- Bila ekskutif menyadari bahwa beberapa programnya kehilangan  kredibilitas tetapi kesulitan untuk mengetahui atau menemukan apa  persoalannya secara pasti.
 
- Bila muncul kebutuhan untuk mengevaluasi kebijakan ataupun keabiasaan baru.
 
- Bila ekskutif menganggap perlu melakukan pengembangan ataupun restrukturisasi organisasi.
 
- Bila ekskutif membutuhkan peraturan dan ketentuan baru tentang komunikasi dan anggaran.
 
- Sebelum ekskutif melakukan merger dengan perusahaan lain atau akuisisi.
 
- Sebelum pelaksanaan kepengurusan baru atau pelaksanaan perubahan-perubahan.
 
- Bila terjadi kerusuhan atau keresahan di kalangan karyawan.
 
- Bila kehidupan ekonomi dan bisnis merosot.
 
- Sebelum melakukan pemangkasan beberapa program dan penghematan dana.
 
- 4. Hambatan Dilakukannya Audit Komunikasi
 
Meski  sudah  diketahui  manfaat  melakukan  audit  komunikasi  pada  suatu organisasi secara periodik , namun audit komunikasi masih tetap  tidak populer,  hal  ini  disebabkan  oleh  karena  audit  komunikasi   yang  bersifat kompleks, yakni meliputi segala macam aspek komunikasi  mulai dari sumber, media,  proses,  arti  dan  pesan,  bentuk   komunikasi,  dampak  dan  konteks komunikasi  sehingga  audit   komunikasi  terdiri  dari  banyak  kegiatan  yang dilakukan secara  bertahap sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Selain itu, audit komunikasi juga menuntut keahlian atau pengetahuan  yang   mendalam   dibidang-bidang   non   komunikasi   seperti    bisnis   dan manajemen.    Satu    hal    lagi yang    menghambat     perkembangan    atau dilakukannya audit komunikasi adalah dampak yang  muncul setelah dilakukan audit   yang   dianggap   mengerikan.   Hal    ini   karena   audit   menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang mungkin  tidak  siap untuk  dihadapi misalnya berupa   pemotongan   anggaran,  perampingan,   reorganisasi   atau bahkan hilangnya program-program   yang  tidak  pernah  dipersoalkan  sebelumnya
- 5. Pendekatan Dan Model Audit Komunikasi
 
Alasan dan tujuan diatas berpengaruh terhadap pendekatan dan model yang akan digunakan.
- a. Pendekatan Audit Komunikasi
 
Pendekatan laporan audit komunikasi ada tiga macam, yakni (Andre Hardjana, 2000:30-40) :
- Pendekatan  konseptual  yang  berkaitan  dengan  kinerja organisasi  dibidang komunikasi atau efektivitas  sistem komunikasi. Untuk itu  diawali dengan pemilihan standar  untuk mengukur kinerja organisasi,  yakni mengukur sejauhmana tingkat pencapaian tujuan dan sasaran dari  kegiatan- kegiatan  komunikasi  tercapai.  Kemudian  diaplikasikan    pada  pemeriksaan kinerja  organisasi.  Efektivitas  itu  sendiri   berkaitan  dengan  berapa  besar dampak  kegiatan  penyebaran   informasi  atau  tingkat   kesesuaian  antara penyampaian informasi dan  kebutuhan informasi. Efektivitas komunikasi dapat diukur dengan enam  kriteria, yakni penerima komunikasi (receiver), isi pesan (content), ketepatan waktu (timing), saluran (media), format kemasan (format) dan sumber (source).
 
- Pendekatan  survei  sebagai  alat  tunggal,  merupakan  riset  evaluasi lapangan yang paling banyak dilakukan. Hampir semua riset  evaluatif dalam komunikasi organisasi termasuk dalam kategori  ini,  diantaranya riset homofili yang mengukur efektivitas komunikasi  berdasarkan kemiripan ciri-ciri (frame  of  reference)  antara   penyampai  dan  penerima  komunikasi,  riset kecemasan atau ketidak  amanan karyawan dengan berbagai posisi dalam jaringan   interaksi,    riset   kredibilitas   yang   berkaitan         dengan   hubungan  manusiawi  antara  pihak-pihak  yang  terlibat  dalam  komunikasi,   khususnya keandalan,   riset   kontingensi   yang   mencari    kondisi-kondisi   kritis   yang berpengaruh  pada  komunikasi  baik   kondisi  mikro  maupun  makro  yang menimbulkan masalah,  riset jaringan  yang  mencari hubungan antar anggota dalam  kelompok  maupun  antar    kelompok,  kemudian  menghubungkannya dengan macam-macam aspek  komunikasinya,  seperti kebutuhan, kepuasan dan kinerja, serta riset  efektivitas komunikasi dan organisasi yang memeriksa hubungan komunikasi  efektif dan kinerja organisasi.
 
- Pendekatan prosedur yang lebih  mengutamakan proses penyelenggaraan   audit  komunikasi  dari  pada  alat-alat  pengukuran  yang  digunakan.Pendekatan  ini  paling  kompleks,  karena  melibatkan   sekelompok auditor dengan alat  ukur ganda untuk seluruh organisasi  dalam suatu kurun
 
- b. Model Audit Komunikasi
 
Model –model dominan audit komunikasi dapat dimasukan dalam tiga kategori, berikut ini :
- Model struktur konseptual adalah audit komunikasi keorganisasian  untuk   memahami   kaitan   antara   maksud         atau   tujuan    akhir komunikasi organisasi   dalam  rangka  pencapaian  tujuan   organiasasi,  tata   kerja  atau prosedur  pelaksanaan  meliputi   pemanfaatan  jaringan   komunikasi,   adopsi kebijakan   komunikasi    dan  pelaksanaannya  dan  struktur  organisasi  yang mencakup unit  kerja, jaringan komunikasi fungsional, kebijakan dan kegiatan  komunikasi. Model ini  mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada dua  model lainnya namun  model ini pun tersulit dilaksanakan dibandingkan  dua model lainnya itu.
 
- Model  profil  keorganisasian  merupakan  model  analisis   fungsional sistem  organisasi  untuk  memeriksa  keadaan  masa  kini   sehingga  dapat diketahui  kesalahan-kesalahan  yang  terjadi  dalam   suatu  organisasi  dan menemukan  jalan-jalan  yang  dapat   dipergunakan  untuk  memperbaikinya, sehingga efektivitas organisasi  dapat tercapai. Adapun unsur-unsur yang perlu diperiksa  menurut    Edgar  Schein  adalah   komunikasi,  peran  dan  fungsi anggota dalam  kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, norma dan  pertumbuhan kelompok, kepemimpinan dan kewenangan, kerja sama   maupun    persaingan   antar   kelompok.   Analisis   ini   memandang komunikasi   keorganisasian  sebagai  faktor  penyebab  efektif  maupun  tidak  efektifnya kerja fungsional organisasi. Langkah-langkah pelaksanaan  analisis ini  disusun  berdasarkan  tujuh  variable  penting  yang   mempunyai  pengaruh besar pada sosok komunikasi , yakni kepuasan  organisasi, iklim komunikasi, kualitas   media,   kemudahan    perolehan   informasi,   penyebaran   informasi, muatan informasi,  kemurnian pesan dan budaya organisasi. Melalui analisis ini dapat  diketahui peristiwa-peristiwa kritis yang terjadi dalam organisasi.
 
- Model evaluasi komunikasi merupakan pemeriksaan dan penilaian atas  praktek  dan  kegiatan  komunikasi  pada  situasi  tertentu.  Informasi   yang diperoleh dapat dijadikan patok banding bagi manajemen untuk  memperbaiki system komunikasi internal dan eksternal, perbaikan dalam  perencanaan dan pengendalian manajemen dan menjembatani berbagai rumpang  dalam system komunikasi (Andre Hardjana, 2000:40-58).
 
- 6. Metode Dan Teknik Audit Komunikasi 
- a. Metode Audit Komunikasi
 
 
Audit komunikasi yang lengkap dan mendalam menggunakan lebih dari  satu teknik  dan metode. Hal ini terkait dengan rekomendasi yang  dihasilkan yang  harus  dapat  mengatasi  masalah  dan  memperbaiki   sistem  yang  ada. Masalah-masalah  dalam  sistem komunikasi   organisasi  disebabkan  oleh beberapa  faktor  dan  mempunyai  pengaruh   baik  internal  maupun  eksternal sehingga membutuhkan analisis dan  interpretasi multidimensional.
International Communication Association telah membakukan standar  pengukuran untuk audit komunikasi yang  dikenal sebagai system lima alat  pengukuran yang oleh Goldhaber dirumuskan menjadi teknik dan metode :
- Survey dengan kuesioner, survey dalam ICA Audit terdiri dari 122  butir pertanyaan, termasuk 12 butir tentang cirri-ciri demografik, 34  butir tentang kebutuhan organisasi
 
- Wawancara tatap muka, tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk   memeriksa,  menguji  atau  melengkapi  data  yang  diperoleh melalui   alat  ukur   lain.  Terdiri  dari  wawancara  penjajakan  untuk  mengumpulkan informasi penting dalam rangka pengenalan masalah dan  wawancara pendalama yang disebut juga wawancara tindak lanjut untuk  membantu tafsiran atas temuan yang diperoleh melalui alat audit lain.
 
Agar wawancara dapat memberikan hasil yang maksimal, pewawancara  harus seorang yang terlatih. Seorang pewawancara yang baik, setidaknya  dapat menggunakan enam jenis pertanyaan untuk memperoleh data yang  berbeda-beda. Keenam pertanyaan itu adalah :
- Pertanyaan terbuka (open questions)
 
- Pertanyaan tertutup (closed questions)
 
- Pertanyaan khusus (specific questions)
 
- Pertanyaan reflektif (reflective questions)
 
- Pertanyaan yang mengarahkan (leading questions)
 
- Pertanyaan pengandaian (hypothetical questions)
 
- Teknik   analisis   jaringan,   untuk   memetakan    kegiatan-kegiatan komunikasi yang melibatkan responden dalam organisasi  ataupun unit kerjanya baik secara formal  maupun non formal. Responden  secara khusus   diminta   menunjukan   sejauhmana   dan   dengan    intensitas bagaimana ia terlibat dalam komunikasi dengan rekan-rekan  unit atau departemennya  didalam  jam  kerjanya  baik  pada  jaringan   formal maupun non formal.
 
- Pengalaman   komunikasi   dikenal   dengan   teknik   peristiwa    kritis. Responden diminta menguraikan peristiwa-peristiwa komunikasi  yang dianggap sebagai contoh yang khas baik peristiwa sukses maupun  kegagalan.  Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan seperangkat  contoh  khas  tentang  komunikasi  dalam  suatu  organisasi  sehingga  dapat dijelaskan mengapa komunikasi di suatu unit berhasil atau gagal  profil dasar kesuksesan atau kegagalan komunikasi dalam berbagai unit  kerja organisasi.
 
- Catatan harian komunikasi, hanya cocok digunakan pada organisasi  dengan struktur yang kompleks dan jelas. Setiap responden diminta  membuat  catatan  dalam  buku  harian  selama  satu  minggu  tentang  semua kegiatan komunikasi yang dilakukan (antar pribadi,  via telpon,  rapat, pesan tertulis yang diterima dan dikirim) dalam bentuk formulir.
 
Standar pengukuran ini tidak kaku artinya para ahli atau konsultan  tetap memiliki kebebasan untuk memilih dan menetukan teknik dan metode  mana  saja  yang  dianggap  sesuai  dengan  masalah,  situasi   organisasi  dan tujuan audit yang hendak dicapai karena setiap  organisasi pun berbeda baik jenis, ragam maupun ukurannya (Andre  Hardjana, 2000:60-70).
Berdasarkan sumber lain, metode yang dapat digunakan  dalam audit  komunikasi, meliputi readership survey, misalnya untuk mengetahui  seberapa banyak  pembaca,  peserta  program,  pemahaman  terhadap   suatu  publikasi khusus atau pesan-pesan tertentu, content analysis,  untuk mengkoding dan mengklasifikasikan secara sistematis pesan-pesan  khusus dalam aspek tema- tema yang ada maupun atribut-atribut lain yang  melekat dalam pesan sperti pesan yang favorable maupun sebaliknya,  readability studies, untuk  menilai tingkat  keterbacaan  sebuah   artikel  atau  isi   media  cetak,  communication climate survey, untuk  mengukur sikap atau persepsi publik terhadap tingkat keterbukaan dan  ketersediaan saluran komunikasi dan network analysis, untuk mengamati   frekuensi  dan  pentingnya  jaringan  interaksi,  dimana  pola-pola  jaringan  komunikasi  dibandingkan  dengan  struktur  organisasi   formal  untuk melihat kesenjangan antara yang diharapkan  manajemen  dengan kenyataan dalam praktek (Ngurah Putra, 1998 : 26-27).
- b. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data
 
Ada  tiga  jenis  teknik  pengumpulan  dan  analsis  data  yang  bisa digunakan dalam audit komunikasi, yakni :
- Teknik  observasi,  merupakan  kegiatan  mengamati  dan  mencatat  perilaku  yang  dapat  dilakukan  atas  perilaku  orang  lain,  sebagai  pengamat  terlatih  (trained  observer)  dan  perilakunya  sendiri  yang disebut sebagai studi tugas (duty study).
 
Teknik catatan harian komunikasi ini dapat menghasilkan data yang  baik, bila peneliti secara seksama mau memperhatikan lima ketentuan yang  lazim dalam kegiatan konservasi, yaitu :
- Pencatatan selengkap mungkin segala hal yang berkaitan dengan seluruh situasi komunikasi.
 
- Pencatatan sebanyak mungkin bagaimana dan sejauh mana pemikiran pribadi.
 
- Pemisahan antara catatan tentang fakta dari pemikiran pribadi tentang fakta tersebut.
 
- Pengembangan catatan dengan rincian dan penjelasan sebanyak mungkin.
 
- Periksaan kembali catatan dalam waktu 24 jam setelah pencatatan selesai.
 
- Teknik    wawancara, meliputi    dua    teknik    berbeda     yakni    teknik wawancara dengan kuesioner yang merupakan alat  pengumpulan data secara tertulis dimana berbagai bentuk pertanyaan  seperti pertanyaan terbuka, tertutup, pilihan, skala likert, skala  semantik diferensial, pilihan ganda dan pertanyaan kesesuaian  pilihanyang  dapat digabungkan dan digunakan dalam suatu kuesioner  sesuai dengan jenis dan tujuan audit yang  telah  diuji  coba   (pretest)  sebelumnya.  Dan  wawancara  tatap muka.
 
- Teknik analisis ini, untuk membuat analsis dari isi pesan-pesan yang  ada dalam dokumen. Teknik  ini melibatkan  pemilihan komunikasi –  komunikasi  tertulis atau dokumen yang hendak dipelajari, membuat  kategori    pengukuran    berdasarkan    sampling    atau    keseluruhan  dokumen,  frekuensi  pemunculan  kategori,  menggunakan  uji  statistik  dan   menarik   kesimpulan.   Teknik   ini   digunakan   untuk    berbagai kepentingan,    diantaranya    untuk    mengukur    tingkat     kemudahan pemahaman  dari  dokumen-dokumen  organisasi,  analisis  tema   pada suatu terbitan, analisis pesan  melalui saluran komunikasi formal,  dan sebagainya.Dalam audit komunikasi, teknik  ini memberikan manfaat  untuk  tiga  kegiatan,  yakni  membuat  paparan  apa,  bagaimana  dan  kepada siapa suatu komunikasi dinyatakan; membuat inferensi tentang  anteseden  mengenai   sebab  musabab  mengapa  suatu  komunikasi  dinyatakan;   dan   membuat   inferensi   tentang   apa   dampak   dari  komunikasi ang dinyatakan tersebut.
 
- 7. Rencana Kerja Pelaksanaan Audit Komunikasi
 
Audit   komunikasi   dilakukan   demi   peningkatan   efektivitas    sistem komunikasi  dam kualitas kinerja organisasi. Sistem komunikasi  dalam audit komunikasi diartikan secara luas karena peningkatan  efektivitas pelaksanaan kerja dibutuhkan tidak hanya pada sistem secara  keseluruhan organisasi tapi juga meliputi unit-unit kerja,  program-program  dan kegiatan-kegiatan khusus. Oleh karena itu,  diperlukan suatu rencana kerja yang sistematik untuk menjadi  pedoman.      Rencana   kerja            adalah   pedoman   teknis    untuk   melakukan serangkaian  kegiatan  untuk  tujuan  audit   komunikasi,  yang  terdiri  dari  tiga tahapan kegiatan yaitu pencarian   fakta (
fact finding), analisis (
analysis) dan evaluasi dan pelaporan (
evaluation and reporting).
Pencarian fakta dilakukan untuk mencari dan menentukan faktor-faktor  utama  yang  mempengaruhi  perilaku  komunikasi  dan  jenis-jenis   kebijakan, kegiatan-kegiatan, dan pengendalian dalam sistem komunikasi  dengan teknik- teknik pengumpulan data diatas. Data yang dikumpulkan  meliputi sejarah dan tujuan organisasi, struktur, gaya kepemimpinan dan  iklim organisasi dan uraian serta penjelasan tentang cara-cara bagaimana  sistem komunikasi dibina dan dikembangkan.
Semua data yang sudah dikumpulkan tersebut diperiksa dengan tujuan  untuk menentukan sejauhmana kebijakan-kebijakan komunikasi dan kegiatan-  kegiatannya dapat mencapai sasaran dari jaringan-jaringan komunikasi  utama dan  organisasi  itu  sendiri  menggunakan  berbagai  teknik   analisis  diatas maupun analisis klasifikasi kegiatan, yakni dengan cara  mengatur informasi yang diperoleh tentang kebijakan dan kegiatan  komunikasi menurut jaringan komunikasi  utama,  kemudian  membuat   penilaian  tingkat  memadai  atau tidaknya kegiatan komunikasi bila  dibandingkan dengan kebijakan itu sendiri.
Kemudian dilakukan kegiatan meninjau dan mempertimbangkan data- data   hasil  dari  berbagai  teknik  dan  metode  riset  dan  menarik   kesimpulan mengenai efektivitas dan efisiensi dari seluruh sistem  komunikasi organisasi. Kesimpulan-kesimpulan    tersebut     dirumuskan    secara    informal    dalam pertemuan dengan wakil-wakil  manajemen organisasi berkepentingan terlebih dahulu. Kesimpulan akhir  dapat difokuskan pada beberapa kegiatan peting yang kurang diperhatikan,  yakni kegiatan yang tidak cukup menyeluruh dan beberapa hambatan  komunikasi tertentu yang mengganggu pencapaian tujuan dari  jaringan-jaringan komunikasi dalam keseluruan komunikasi organisasi itu  sendiri, kekuatan dan kelemahan   kegiatan   komunikasi,   kegiatan    yang pelaksanaannya   tidak   dapat   mencapai   tujuan   yang   sudah    ditetapkan. Kesimpulan-kesimpulan  tersebut  perlu  disertai  dengan   rekomendasi atas kekurangan-kekurangan  yang  ditemukan  dan   dirumuskan  sesuai dengan tujuan, kebijakan dan faktor-faktor  situasional organisasi. Rekomendasi yang dibuat  oleh  pengaudit   berdasarkan  hasil  audit  komunikasi  yang  dilakukan tersebut  selayaknya memperhatikan etika pribadi maupun etika profesional,  sehingga  etika  organisasi  dalam  melaksanakan  langkah-langkah   perbaikan tidak bertentangan dengan etika masyarakat.
Rancangan     kerja     dimulai     dengan     kontak     awal      tentang penyelenggaraan audit komunikasi dan pembuatan kontrak. Kontrak  adalah landasan kerja untuk penyelenggaraan audit secara keseluruhan,  maka harus memuat  tujuan,  khususnya  kegiatan  komunikasi  khusus,   tanggung  jawab, persyaratan  penyelenggaraan,  kerja  sama,  jangka   waktu  dan  biaya.semua persyaratan  penyelenggaraan  audit  komunikasi   harus  dinyatakan  dalam dokumen tertulis yang ditandatangani oleh  kedua belah pihak, sehingga dapat dijadikan pegangan dalam  penyelenggaraan audit.
- 8. Audit Mini Komunikasi
 
Audit   mini   komunikasi   dianjurkan   oleh          Susan Cluff.  Proses pelaksanaan audit komunikasi mini tersebut disebut dengan Mini  Audit Project (MAP).  Audit  ini  mempunyai  tujuan  yang  sama  dengan   audit  komunikasi menyeluruh atau audit total yakni meningkatkan  kinerja program komunikasi. Namun, audit mini tidak dapat menghasilkan  informasi serinci dan selengkap audit total. Namun, audit mini sangat  praktis untuk mengumpulkan informasi yang  bermanfaat  untuk   meningkatkan  efektivitas  program   yang   sedang berlangsung maupun  untuk dijadikan petunjuk bagi pelaksanaan audit total yang menyeluruh  dan mendalam. Selain itu, audit mini dapat dilakukan dengan dana, energi  dan waktu yang lebih terbatas. Pemilihan bentuk audit mini atau pun   total  tidak  ditentukan  oleh  jenis  variabel  atau  persoalan  namun   pada tingkatan intensitas yang berbeda.
Audit  mini  dirumuskan  sebagai  
”alat  untuk  menemukan  titik   rawan, mendokumentasi  dan  menguji  program  dan  prosedur  kerja,   mendapatkan umpan balik, dan membuat berbagai dokumentasi”.
Adapun  yang  dimaksud  dengan   titik  rawan  dapat  berupa  segala  macam peristiwa penting yag berdampak besar, seperti pergantian  pimpinan, berita negatif dimedia massa, kemerosotan moral karyawan dan  sebagainya. Selanjutnya fokuskan perhatian pada sesuatu yang berdampak  paling besar, kemudian dapat dirumuskan secara ringkas dan jelas tujuan  audit mini.
Mendokumentasi  program  dan  prosedur  kerja  berarti  bahwa  dalam  audit mini terdiri dari kegiatan peninjauan materi dan membuat  dokumentasi yang dilanjutkan dengan wawancara dengan tokoh-tokoh kunci  didalam atau diluar organisasi. Kemudian dilakukan pengujian guna  memperoleh kesimpulan yang  mentap  secara  acak  pada  berbagai   jawaban  responden.  Sedangkan umpan balik dapat dicapai dengan cara  mewawancarai sejumlah pejabat lintas seksi, yakni para manajer  organisasi atau divisi, pimpinan bisnis,  sumber- sumber  masyarakat   dan  khalayak  lain.  Dan  analisis  serta  rekomendasi, dimana   jawaban  kuesioner  diperiksa  kembali  dengan  mempertimbangkan umpan  balik yang diperoleh. Hasil audit mini dan memo juga berisi analisis dan  rekomendasi     yang   akan     disampaikan     kepada      pihak-pihak     yang berkepentingan.
- C. PENUTUP
 
Komunikasi yang efektif sangat menentukan kelangsungan hidup dan  kesehatan   suatu  organisasi.  Untuk  dapat   mengetahui  apakah   kegiatan komunikasi  yang sudah dijalankan  efektif atau  berhasil  mencapai tujuan dan sasaran organisasi adalah dengan melakukan audit  komunikasi.
Audit  komunikasi  merupakan  suatu  kajian  evaluatif    secara   empiris yang mendalam dan  menyeluruh tentang  sistem komunikasi   keorganisasian baik komunikasi internal maupun komunikasi eksternal,  dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan dan analisis data yang  ada yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan kinerja  organisasi.  Hasil audit komunikasi dapat memberikan informasi yang  berharga guna mencegah terjadinya kehancuran suatu organisasi. Audit   komunikasi  dapat dilakukan secara  menyeluruh atau total, tapi dapat  pula dilakukan audit komunikasi mini untuk mengukur efektf atau tidaknya  suatu program komunikasi tertentu. Audit komunikasi mini dapat  dilaksanakan  dengan  dana,  energi  dan  waktu  yang  lebih  terbatas.   Audit komunikasi mini ini dapat menjadi petunjuk bagi pelaksanaan audit  komunikasi total yang menyelruh dan mendalam.
Dengan  melakukan  audit  komunikasi,  segala  hambatan  komunikasi  dan gangguan yang menyebabkan macetnya aliran informasi dan peluang  yang   terlewat   dapat   diketahui   sehingga   diperoleh   cara    yang   dapat meningkatkan    dampak    yang     dikehendaki     sehingga    organisasi    atau perusahaan dapat mempertahankan hidup  bahkan kesuksesannya di tengah persaingan global yang makin keras. Audit  komunikasi ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu jenis penelitian  dalam tahap  fact finding  kegiatan atau manajemen kehumasan.
DAFTAR PUSTAKA
Goldhaber,  Gerald  M.  1993.  
Organizational  Communication.  6th  Edition. MC. Graw Hill. USA
Hardjana,  Andre.  2000.   
Audit  Komunikasi  :  Teori  dan  Praktek.  PT. Grasindo. Jakarta.
Ngurah Putra, I Gusti. 1998. 
Manajemen Hubungan Masyarakat. Universitas Atmajaya. Yogyakarta 
 
jokondo kondo berkata,